Selasa, 26 Agustus 2008

"Hikmah Kehidupan" from Hamka





Nilai hidup manusia ditentukan oleh aqidahnya dan perjuangannya menegakkan aqidah itu. Aqidah bukanlah soal otak, dia adalah soal jiwa. Otak atau akal hanyalah semata-mata alat dari pada jiwa yang penuh dengan aqidah. Apabila jiwa telah dipenuhi oleh aqidah, seluruh diripun jatuh ke bawah perintahnya sehingga gerak dan gerik , melangkah dan tertegun, maju atau mundur tak dapat lagi melepaskan diri dari pengaruh aqidah itu. Puncaknya segala aqidah adalah iman kepada Allah, bertambah mendalam iman kepada Allah, bertambah mendalam diri kepada cinta-Nya. Kita tidak menampak lagi satu kekuasaanpun selain dari kekuasaan-Nya. Ditangan-Nya lah terpegang tampuk langit dan bumi, hanya dia yang sanggup memberi manfaat atau mudharat, memberi atau menahan, menaikkan atau menurunkan.
Tidak seorangpun jua betapapun luas kekuasaannya dan tinggi kedudukannya yang dapat mengisi hati seorang muslim selain dari Allah. Jia dan raganya, hati dan jantungnya dipenuhi hanya oleh satu kalimat...Allah, tak ada tempat sedikitpun buat yang lain. Aqidahnya kepada Allah menyebabkan seorang muslim tidak mengharapkan yang lain dan tidak menakuti yang lain. Ia tidak pernah merasa kesepian walaupun kelihatan dia tidak akan mau menjual aqidahnya itu, sebab menurut keyakinannya inilah kekayaan yang menjadi sambungan di antara hidupnya yang sekarang dengan hidupnya yang akan datang. Aqidah inilah yang menyebabkan dia tidak takut menghadapi maut, sebab maut keyakinannya adalah dinding tipis belaka yang menolong membebaskannya dari hidup fana menuju hidup baqa. Walaupun sudah hancur tulangnya menjadi tanah, namun dia masih tetap hidup. Gilalah orang yang hendak mencoba menukar aqidah itu dengan benda.

Tidak ada komentar: