بسم الله الرحمن الرحيم
ﺇنا أعطيناك الكوثر ● فصل لربك وانحر ● ﺇن شانئك هوالأبتر
Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah ! Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).
Surat yang telah kita bacakan tadi adalah surat yang paling pendek dalam al-Qur’an, yaitu surat Al Kautsar yang terdiri dari 3 ayat. Diturunkan sesudah surat Al 'Aadiyaat dan dia termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, artinya surat yang turun sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah.. Dinamai Al Kautsar (nikmat yang banyak) disebabkan adanya perkataan Al Kautsar yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Dalam surat al-Kautsar, terdapat banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dan kemudian dapat kita jadikan pedoman dalam hidup ini. Di antaranya adalah :
1. Dalam ayat pertama, Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak , dari ayat ini kita mengetahui bahwa Allah lah yang telah memberikan nikmat kepada makhluk ciptaan-Nya, sesuai dengan sifat-Nya yang Maha Pemurah. Maka barangsiapa yang mengaku sebagai hamba Allah, seharusnya dia juga bersifat pemurah tidak bakhil dan tidak kikir. Jika mengaku sebagai hamba Allah, sementara masih bersifat bakhil, maka dia bukanlah hamba Allah yang sempurna. Rasulullah Saw adalah manusia yang paling pemurah, apalagi ketika bulan ramadhan. Dalam masalah ini Rasulullah Saw pernah bersabda :
ما من يوم يصبح العباد فيه ﺇلا وملكان ينزلان فيقول أحدهما : أللهم اعط منفقا خلفا ويقول الأخر : أللهم اعط ممسكا تلفا
Artinya : Tidak ada hari yang hamba-hamba Allah memasuki waktu pagi kecuali ada dua malaikat yang turun, yang satu berdoa : Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak. Dan satunya lagi berdoa : Ya Allah, berilah kerusakan kepada orang yang menahan hartanya (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam realita kehidupan, kita sering melihat bahwa banyak orang berinfak atau bersedekah berada dalam kehidupan yang susah. Sebaliknya, banyak orang bakhil yang hartanya semakin bertambah, hidupnya semakin mewah. Jadi apakah hadits ini berdusta ?
Pertanyaan seperti akan muncul kalau kita memahami pengganti hanya sebatas aspek harta. Padahal, masalahnya lebih luas dari itu. Pengganti tersebut maksudnya adalah balasan dari Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang berinfak dan maknanya lebih luas daripada harta. Bisa saja jika seseorang berinfak, Allah akan mengganti apa yang telah dia berikan dalam bentuk kesehatan yang digunakan untuk ibadah, atau dalam bentuk kedamaian dalam keluarga, kecerdasan anak-anaknya, atau selalu mendapatkan jalan keluar ketika mengalami masalah, atau sesuatu yang sulit, bagi dirinya selalu jadi mudah, atau mendapatkan sesuatu yang selama ini diidam-idamkan, bisa jadi begitu pengganti yang diberikan Allah bagi orang yang berinfak. Jadi, tidak mesti berupa harta. Yang jelas, Allah berjanji akan mengganti setiap apa yang kita infakkan di jalan-Nya. Allah berfirman dalam surat Saba’ ayat 39
وما أنفقتم من شيئ فهو يخلفه
Artinya : Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya
Begitu juga dengan kerusakan yang didoakan bagi orang-orang yang bakhil suka menahan-nahan hartanya. Tidak mesti dia langsung bangkrut. Bisa jadi berbentuk tiap bulan dapat penyakit, atau selalu mengalami kesempitan dada, atau tidak pernah merasa puas dengan apa yang dia miliki, atau dia mendapatkan kesehatan dan umur yang panjang tetapi tidak digunakan untuk beribadah. Jadi, pengganti bagi yang berinfak dan kerusakan bagi yang bakhil lebih luas maknanya dari sekedar harta (materi).
2. Pelajaran yang kedua adalah dalam ayat pertama Allah berfirman yang artinya : Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak … maka syukurilah ! Jadi ayat ini secara tidak langsung menyuruh kita untuk bersyukur atas karunia Allah yang kalau dicoba untuk menghitungnya, tidak akan sanggup kita untuk menghitungnya…
و ﺇن تعدوا نعمة الله لاتحصوها
Artinya : Jika kamu menghitung nikmat Allah, maka kamu tidak akan sanggup menghitungnya (surat Ibrahim ayat 34)
Karena sudah sekian banyak nikmat Allah yang kita nikmati, maka sudah sangat sepantasnya kita mensyukurinya. Dan sedikit sekali orang yang mensyukuri nikmat Allah…mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya. Amin.
Untuk menjadi orang yang bersyukur, setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu, Pertama, selalu menjaga dan memelihara nikmat yang telah diberikan seperti jika kita diberi kesehatan maka jagalah kesehatan tersebut. Jangan dirusak dengan hal-hal yang sudah jelas-jelas berbahaya untuk kesehatan seperti merokok. Kedua, menggunakan nikmat tadi sesuai dengan perintah Allah. Ibarat orang yang dapat amanah dari orang lain, maka dia harus menjalankan amanah sesuai dengan keinginan orang yang memberikan amanah. Begitu juga nikmat Allah, kita harus mempergunakannya sesuai dengan perintah Allah karena Allah yang memberikannya kepada kita.
Sekarang timbul pertanyaan, supaya kita disebut orang yang bersyukur, kita menggunakan nikmat itu sesuai dengan perintah atau keinginan Allah, sekarang…apa keinginan Allah dalam nikmat yang Dia berikan untuk kita ? Jawabannya ada dalam ayat kedua yaitu,
فصل لربك وانحر
Allah menginginkan kita untuk melaksanakan shalat dan melaksanakan qurban ikhlas karena-Nya. Artinya, kalau ingin bersyukur, wujudkanlah rasa syukur itu dalam bentuk ibadah, jangan hanya di bibir saja. Ibadah itu baik yang bersifat spiritual seperti shalat maupun yang sifatnya material seperti berkurban. Jadi dua ibadah ini mewakili seluruh ibadah yang ada. Dan yang penting diperhatikan adalah lafaz ‘lirabbika’ yang ada dalam ayat kedua. Dalam beribadah perhatikanlah niatnya karena niat factor penentu apakah ibadah kita diterima atau tidak. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim :
ﺇنماالأعمال بالنيات وﺇنمالكل امرئ مانوي
Artinya : Sesungguhnya amalan itu tergantung kepada niat dan sesungguhnyaseseorang akan menerima balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan.
Namun niat yang ikhlas saja belum cukup. Masih ada satu hal lagi yang harus diperhatikan yaitu tata cara pelaksanaan. Jika niat beribadahnya ikhlas, sementara cara pelaksanaannya salah maka amal ibadahnya tidak diterima. Begitu juga jika cara pelaksanaannya betul tapi niatnya salah, maka tidak akan diterima amalannya. Amal akan diterima jika niatnya ikhlas dan pelaksanaannya betul sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Jadi, wujudkanlah rasa syukur dalam bentuk ibadah baik spiritual seperti shalat maupun material seperti kurban. Dan dalam beribadah tadi betulkan niat dan tata cara pelaksanaannya agar ungkapan rasa syukur kita itu benar-benar sempurna.
3. Dalam ayat ketiga terdapat pelajaran yang sangat penting yaitu, istiqamah dalam beribadah, jangan mudah menyerah jika ada rintangan. Dalam ayat pertama Allah memerintahkan kita secara tidak langsung untuk mensyukuri nikmat-Nya dengan cara menjaga dan memelihara nikmat tersebut kemudian menggunakannya sesuai dengan perintah Allah. Dalam ayat kedua dijelaskan apa saja yang Allah perintahkan yaitu shalat dan berkurban. Dua ibadah ini mewakili seluruh ibadah yang ada dalam Islam. Dalam beribadah yang merupakan wujud dari rasa syukur kita tadi, harus memperhatikan dua hal yaitu niat dan tata cara pelaksanaan. Setelah semuanya kita lakukan, maka akan ada saja pihak yang mencela amal kebaikan kita. Oleh karena itu dalam ayat ketiga Allah memberitahukan dua berita, satu buruk yang satu lagi gembira. Berita buruknya adalah jika kita beramal kebajikan, jangan disangka semua orang akan suka kepada kita. Akan ada saja yang tidak suka. Kalau kita suka bersedekah, maka yang tidak suka adalah orang yang bakhil. Jika kita rajin shalat maka yang tidak suka adalah orang yang tidak suka shalat. Sedangkan berita gembiranya adalah orang-orang yang tidak suka kita beramal shaleh itulah orang-orang yang terputus dari rahmat Allah. Oleh karena itu teruslah beramal kebaikan walaupun ada pihak yang tidak suka sebab Allah tidak marah kepada kita tapi marah kepada pihak yang membenci orang yang berbuat baik, rahmat Allah pada mereka akan terputus, sebagaimana firman-Nya
ﺇن شانئك هوالأبتر
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Sebagai penutup, akan kita simpulkan apa yang telah disampaikan,
• Jadilah orang muslim yang pemurah yang suka berbagi nikmat dengan muslim yang lain.
• Syukurilah nikmat yang telah Allah berikan dengan cara menjaga nikmat tersebut dan mempergunakannya sesuai perintah Allah.
• Wujudkan rasa syukur itu dalam bentuk ibadah baik yang spiritual (hablum minallah) maupun material (hablumminannas)
• Dalam ibadah yang merupakan wujud dari syukur kita, betulkan niat dan cara pelaksanaan.
• Dalam melakukan hal-hal yang telah kita sebutkan, kita dituntut untuk istiqamah, pantang menyerah karena akan ada saja pihak yang mencela.(penulis : Farhan Syarifuddin, Lc)

Selasa, 13 Oktober 2009
Tafsir surat al-Kautsar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar